14 Juli 2011

PEMECATAN RIEDL: Kolusi dan Konspirasi Pembersihan Rezim Nurdin Halid?

Akhir-akhir ini terlalu banyak berita yang membikin beban pikiran ini semakin parah. Mulai dari kasus TKI yang tak kunjung padam, surat palsu MK, bendahara Partai De***rat N****udin yang ngak pulang-pulangg, BBM yang langkah, dan apapunlah itu yang ngak ada habis-habisnya. Benar-benar ngak karu-karuan (-_-;)

Good bye, Mr. Riedl
Namun yang lebih mengejutkan justru datang pada rabu ini. Entah mengapa, setelah sukses membangkitkan batang terendam popularitas "Tim Garuda" yang sudah lama mengfosil, pada tanggal 13 Juli 2011, justru sang pelatih bertangan dingin, Alfred Riedl harus kehilangan haknya di tim nasional. Anehnya pemecatan ini justru datang saat para putra bangsa sedang bersemangatnya menghadapi Pra-Piala Dunia versus Turkmenistan. Berikut cuplikan beritanya:

"INILAH.COM, Jakata – Ketua umum PSSI yang baru terpilih, Johar Arifin, secara resmi mengumumkan pemecatan pelatih Alfred Riedl dari kursi pelatih utama timnas Indonesia.

Pengumuman ini datang hanya beberapa hari menjelang keberangkan timnas Indonesia ke Turkmenistan untuk melakoni partai kualifikasi Pra-Piala Dunia di Turkmenistan

Johar pertama-tama mengumumkan penunjukkan manajer baru timnas Indonesia, yakni Ferry Kodrat  Selain itu, Johar juga mengumumkan penggantian Riedl sebagai pelatih kepala.

“Ini yang gempar. Per-besok (Kamis, 14 Juli) pelatihnya bukan Riedl,” ujarnya di kantor PSSI, Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (13/7/11) sore WIB.

“Kita cari surat kontraknya di PSSI tidak ketemu jadi sebenarnya belum jelas mengenai kontraknya,” ujar sang ketua umum ketika ditanya apakah proses pemecatan Riedl sudah selesai.

Namun saat ditanya mengenai alasan sebenarnya mengenai pemecatan Riedl, Johar seperti kesulitan menjawab. Dia sempat terdiam sejenak, sebelum akhirnya berkata singkat, “Ya, untuk penyegaran saja.”

Sebagai penggantinya, PSSI menunjuk pelatih asal Belanda Wim Rijsbergen."

Mungkin bagi sebagian orang, termasuk saya, berita ini bukanlah kabar yang baik. Apalagi kita tahu, di bawah kepelatiahannya, Riedl berhasil membawa harum persepakbolaan di beberapa negara, seperti Vietnam dan Laos. Sebagai orang yang mendambakan kegemilangan Merah Putih di pentas persepakbolaan, tentunya kita menginginkan Riedl berbuat hal yang sama pada pesepak bola di negeri ini.

Sayangnya, para petinggi PSSI yang belum seminggu dilantik tampaknya punya pemikiran yang berbeda. Ketua umum Djohar Arifin Husain, justru melayangkan surat pemecatan dengan buru-buru di siang hari itu. Alasan pemecatan pun terlalu mengada-ada, surat kontrak yang tidak jelas. Bukankah bila prestasi yang dikedepankan, masalah kontrak bisa urusan belakangan. Yang lebih menyediahkan Riedl justru tidak mengetahui kejadian tersebut, sebagai mana dikutip dari Vivanews.com berikut:

"VIVAnews - Alfred Riedl kehilangan jabatannya. Ketua Umum PSSI Djohar Arifin yang baru empat hari duduk di pucuk pimpinan tertinggi organisasi sepakbola nasional itu menggantikannya dengan Wim Rijbergen asal Belanda.

Riedl yang ditemui di apartemennya di kawasan Senayan, Jakarta, beberapa jam setelah pengumuman pemecatannya hari Rabu, 13 Juli 2011, terlihat bisa menerima keadaan ini. Kepada VIVAnews.com, ia mengungkapkan yang ia alami sebagai 'bad surprise'.

"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, mereka bisa memecat saya kapan pun," kata Riedl.

"Sekarang itu terjadi, sangat mengejutkan. Sekarang ada orang baru yang datang. Oke selamat kepadanya, dan semoga berhasil. Tidak ada masalah bagi saya."

Menurut Riedl, ia sama sekali tak tahu kalau dirinya sudah kehilangan kendali atas timnas Indonesia.

"Tidak ada yang memberitahukan saya mengenai keputusan ini. Pihak pengurus sampai saat ini tidak pernah menghubungi saya, termasuk dalam menyampaikan keputusan ini," kata pria Austria yang dikenal punya ekspresi yang dingin dalam tiap kesempatan.
"

Bila membaca berita tersebut, terlihat sekali bahwa PSSI telah bertindak sepihak pada seseorang yang telah berjasa selama setahun belakang ini. Bukankah bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab? Bila memang harus diberhentikan, mengapa harus ketika proses persiapan sedangberlangsung? Lalu mengapa harus dengan mendadak ketika bangsa ini baru measuki tantangan awal?

Pelatih baru PSSI
Yang lebih membuat penasaran saya adalah ditunjuknya Wim Rijsbergen, mantan pelatih PSM Makasar yang notabanenya adalah klub LPI. Apakah ini pertanda PSSI telah melunak dan menerima LPI secara mentah-mentah? Secara sederhana, sebenarnya ini tidaklah mengherankan karena ketua PSSI Djohar Arifin setidaknya didukung oleh Kelompok 78 yang sebelumnya ngotot memajukan George Toisuta dan Arifin Panigoro. Setidaknya nama terakhir ini sudah dikenal luas sebagai promotor LPI yang kontroversial itu.

Meski ini hanya opini, saya pikir keinginan kelompok ini untuk menyingkirkan sisa-sisa pengurus lama (baca: Nurdin Halid cs) sedikit banyaknya mungkin ada. Bagaimana pun juga dalam logika berpikir yang sederhana ini, aneh rasanya bila memang tidak ada pengaruh saingan-saingan kepengurusan lama terhadap ketua umum PSSI terpilih saat ini. Meski pun telah membantah sebagaimana yang tertulis pada artikel di atas, namun itu adalah politik bung!!  Dan mengenai perubahan posisi Riedl dalam kepelatihan timnas, sebagai mana diberitakan dalam Detiksport.com, bisa jadi hanya basa basi saja. Bagaimanapun, sang mantan pelatih pasti akan merasa tersinggung. Ingat hal ini juga pernah hampir terjadi saat kualifikasi SEA Game.

Saya bisa berpendapat demikian karena selama ini sangat tampak jika PSSI telah dijadikankan mesin politik oleh petinggi-petingginya. Sudah bukan rahasia lagi bila berbagai langkah dan kebijakan yang dilakukan oleh pengurusnya tidak lain hanya untuk mengokohkan kepentingan tertentu. Lihat saja kepengurusan lama yang dipimpin oleh Nurdin Halid beberapa waktu yang lalu. Begitu banyak kontroversi dan sensasi yang sayangnya minim dengan prestasi dan apresiasi.

Artikel ini bukan bertujuan untuk menghujat kepengurusan PSSI sekarang ini. Terlalu dini rasanya bila kita mencaci maki sesuatu yang baru lahir ini. Akan tetapi saya selaku orang awam merasa kecewa dengan langkah yang gegabah seperti itu. Tidak ada salahnya jika kita mulai mengkritisinya. Sebab bila tidak demikian, saya khawatir jika PSSI yang baru ini tidak ada obahnya dengan PSSI yang lama. Hanyalah bertukar beruk dengan monyet. Harapan saya, janganlah kepentingan individu dan golongan mesti menghancurkan cita-cita yang murni. "Tim Garuda" adalah sebuah harapan, harapan bagi utophia Republik Indonesia untuk berkibar di dunia yang luas.

Semoga persepakbolaan Indonesia bisa lebih maju dan fair pada masa yang akan datang..

Salam Glontor...

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini

MAIN-MAIN

ads