17 Maret 2010

GWERAH BUANGETTTT!!!!

SUNTUK... Tidak ada hal yang menarik dalam minggu ini. Walau polisi dan pers mencoba membesar-besarkan masalah terorisme, namun sepertinya hal tersebut tidak begitu ditanggapi dengan hangat oleh khalayak. Sepertinya masyarakat mulai bosan dengan sensai penangkapan "manusia berbahaya sejagat raya". Semuanya terlihat seperti sandiwara layaknya adegan film-film eksyen. Lihat saja, tembak menembak yang brutal, para penjahat yang langsung di-darderdor hingga keok, atau orang-orang kecil yang terpaksa sabar gara-gara si lakon beraksi lalu berkata "Maaf, kami harus jalankan tugas!!!". Entahlah.... Mungkin saja apa yang dilakukan aparat kita memang benar. Mungkin saja mereka, para laskar berani mati, memang ada disekeliling kita semua. Bisa jadi tukang rokok atau abang tukang bakso yang sering keliaran itu adalah mereka yang dalam penyamaran. Atau jangan-jangan anak-anak, adek-adek, bahkan keponakan kita sudah ada yang siap-siap untuk jadi 'penganten' yang akan sedia meledak setiap saat. Hmmmm, I don't think so...


But anyway, kita tinggalkan masalah terorisme dan beralih kemasalah cuaca. Akhir-akhir ini cuaca di kota tempat saya tinggal terkesan sangaaaatttt 'ramah'. Bayangkan saja, pagi sejuk, siang panas lekang, sore mendung, dan malam hujan deras. Terkadang, saat udara panas-panasnya, eh angin yang bertiup sangat kencang. Angin yang biasanya menyejukkan, alih-alih malah bikin gerah dan sumpek. Tidak heran jika banyak orang yang mengeluhkan demam dan panas dalam (termasuk saya pribadi) beberapa minggu ini.

Kalau dikait-kaitkan, biasanya para ahli dan pemerhati lingkungan akan mengatakan ini adalah EFEK PEMANASAN GLOBAL. Boleh percaya, boleh tidak, namun saya pribadi tidak sepenuhnya setuju dengan hal tersebut. Mungkin benar kalau lingkungan sudah rusak, tapi apakah efek rumah kaca sajakah penyebabnya? Pembaca bisa melihat (bila berdomisili di Indonesia), bila standarnya adalah emisi, seberapa banyak yang dihasilkan oleh masyarakat di Indonesia? Bila dikalkulasikan mungkin tidaklah sebesar negara-negara di negara maju di utara. Tapi kenapa selalu kita (negara-negara tropis) yang selalu dipersalahkan.? Kita disuruh hemat BBM, sedangkan mereka (negara-negara utara) menghambur-hamburkan BBM pada musim dingin. Kita disuruh hemat kayu, namun permintaan kayu dari negara tropis tetap masih tinggi. Kita dicap negara kotor, tapi mereka malah mengexpor sampah ke wilayah kita.

Menurut saya, justru masalah lingkungan yang dihadapi masyarakat Indonesia adalah sikap mental yang masih acuh terhadap kebersihan. Buktinya, sekotor apapun Kali Ciliwung, toh tetap digunakan untuk MCK, bahkan UNTUK MASAK DAN MINUM. Jangankan penerapan tekonolgi lingkungan ultra modern, buang sampah saja masyarakat kita ngak becus. Coba tegur orang yang buang sampah sembarangan, siapa yang dimarahi? Nah, bila mental masyarakat kita saja demikian, bagai mana dengan pemerintahnya. Oleh sbab itu, jangan heran jika posisi tawar kita lemah di mata negara-negara maju. Kalau mau punya lingkungan sehat, yah ubah donk dari diri kita. Ubah donk mental kita, JANGAN PERNAH ANGGAP BERSIH KALI CILIWUNG!!!

Wah, ternyata terlalu banyak yang digelontpor hari ini. Unek-unek hari ini cukup sekian, sampai jumpa pada lain kesempatan.

Wasalam

Glontor

Cari Blog Ini

MAIN-MAIN

ads