Kisah ini bisa jadi hanyalah fiksi. Meski demikian, pesan dan hikmah dalam kisah ini mudah-mudahan dapat kita renungkan:
Pada suatu hari, Plato berjalan-jalan melewati sebuah pasar di kota Athena. Dalam perjalannya, ia berpapasan dengan seorang tukang sapu yang lusuh dan kumuh. Melihat si tukang sapu itu, Plato menjadi iba. Ia pun kemudian merenungkan betapa menyedihkannya hidup tukang sapu ini. Sudahlah kerjanya berat, dihina orang, gaji kecil, dan hidupnya pun semakin hari semakin melarat.
Di tengah perenungannya, si tukang sapu kemudian datang menghampiri dan menyapan sang filsuf .
"Apa yang kau kerjakan di sini, hai orang tua?", kata tukang sapu.
Plato pun menjawab, "Aku sedang merenungkan nasibmu, hai tukang sapu. Betapa menyedihkannya hidupmu!".
Si tukang sapu bertanya kembali, "Apa pekerjaanmu, hai orang tua?".
"Aku adalah seorang filsuf", jawab Plato.
Lalu tukang sapu berkata, "Aku justru lebih kasihan kepadamu. Aku yang sudah bekerja kerja keras saja hidupku belum juga berubah, apalagi engkau. Kerjamu hanya bermenung dan bermenung, mana mungkin nasibmu bisa berubah".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar