08 Oktober 2010

Kisah Plato dan Tukang Sapu


Kisah ini bisa jadi hanyalah fiksi. Meski demikian, pesan dan hikmah dalam kisah ini mudah-mudahan dapat kita renungkan:


Pada suatu hari, Plato berjalan-jalan melewati sebuah pasar di kota Athena. Dalam perjalannya, ia berpapasan dengan seorang tukang sapu yang lusuh dan kumuh. Melihat si tukang sapu itu, Plato menjadi iba. Ia pun kemudian merenungkan betapa menyedihkannya hidup tukang sapu ini. Sudahlah kerjanya berat, dihina orang, gaji kecil, dan hidupnya pun semakin hari semakin melarat.

Di tengah perenungannya, si tukang sapu kemudian datang menghampiri dan menyapan sang filsuf . 

"Apa yang kau kerjakan di sini, hai orang tua?", kata tukang sapu. 

Plato pun menjawab, "Aku sedang merenungkan nasibmu, hai tukang sapu. Betapa menyedihkannya hidupmu!". 

Si tukang sapu bertanya kembali, "Apa pekerjaanmu, hai orang tua?". 

"Aku adalah seorang filsuf", jawab Plato. 

Lalu tukang sapu berkata, "Aku justru lebih kasihan kepadamu. Aku yang sudah bekerja kerja keras saja hidupku belum juga berubah, apalagi engkau. Kerjamu hanya bermenung dan bermenung, mana mungkin nasibmu bisa berubah".

Nah, demikianlah kisah dari Plato dan tukang sapu. Intinya, sesuatu yang baik untuk kita belum tentu baik untuk orang lain. Juga sebaliknya, apa yang menurut orang baik belum tentu baik untuk kita sendiri. Bagi Plato, kerja tukang sapu merupakan pekerjaan kelas rendah yang menyedihkan. Sebaliknya, bagi tukang sapu, meski filsuf merupakan derajat tertinggi di Athena saat itu namun ia hanya memandangnya sebagai pekerjaan sia-sia yang tidak produktif. Kesimpulannya, hendaklah kita menghargai pribadi masing-masing. Janganlah kita sombong dan merasa menjadi yang terbaik karena semua itu belum tentu bisa dihargai orang lain dengan tulus.

Sekian dari Glontor, mudah-mudah bermanfaat bagi semua.

Wassalam 

 

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini

MAIN-MAIN

ads